Selasa, 11 Juni 2013

berprilaku yang bermasalah



BAB II
PEMBAHASAN
   a. Pengertian anak berperilaku yang bermasalah
Dalam pendekatan bimbingan perkembangan, guru dimungkinkan untuk memberikan layanan bimbingan terpadu dalam KBM. Melalui dasar bimbingan, guru membantu seluruh murid. Namun sekalipun telah memberikan bantuan terhadap seluruh murid, ada saja murid yang berperilaku bermasalah.
Guru perlu memahami perilaku bermasalah ini sebab “murid yang bermasalah” biasanya tampak di dalam kelas dan bahkan dia menampakkan perilaku bermasalah itu di dalam keseluruhan interaksi dengan lingkungannya. Memahami perilaku bermasalah mengandung arti bahwa guru harus lebih sensitif terhadap interaksi antara berbagai kekuatan dan faktor di lingkungan peserta didik dengan penampilan perilaku peserta didik di sekolah.
Walaupun perilaku bermasalah hanya tampak pada sebagian peserta didik, namun perhatian guru harus tertuju kepada semua peserta ddik. Seringkali guru memberikan perlakuan secara langsung dan drastis yang tidak jarang dinyatakan dalam bentuk hukuman fisik.
Cara atau pendekatan seperti ini seringkali tidak membawa hasil yang diharapkan karena perlakuan tersebut tidak didasarkan kepada pemahaman apa yang ada di balik perilaku bermasalah tersebut. Dalam kehidupan anak di sekolah tidak semua dapat melihat dan merasakan bahwa di antara anak ada yang telah sedang menghadapi masalah dan ada yang masih gejala, bahkan bagi anak sendiri juga banak  yang tidak tahu bahwa dirinya sedang bermasalah. Oleh karena itu kita perlu mengetahui apa yang dimaksud dengan pengertian berperilaku bermasaalah “prilaku bermasalah adalah tingkah laku siswa yang menyimpang dan kebiasan-kebiasaan temannya.
Lebih lanjut dikatakan apabila anak tiba-tiba tidak dapat melakukan apa-apa juga merupakan indikasi bahwa anak mengalami masalah yang segera harus ditangani gurunya.
b. Ciri-Ciri Anak Bermasalah
     1. susah diatur dan di ajak kerjasama
Hal yang paling nampak adalah anak akan membangkang, akan semaunya sendiri, mulai mengatur tidak mau ini dan itu. Pada fase ini anak sangat ingin memegang kontrol. Mulai ada “pemberontakan” dari dalam dirinya. Hal yang dapat kita lakukan adalah memahaminya dan kita sebaiknya menanggapinya dengan kondisi emosi yang tenang.           
     2. kurang terbuka pada orang tua
Pada saat orang tua bertanya “gimana sekolahnya” anak menjawab “biasa saja:, menjawab dengan malas, namun anehnya pada temannya dia begitu terbuka. Ini adalah ciri ke 2, pada saat ini dapat dikatakan figure orang tua tergantikan dengan pihak lain ( teman, pacar, dll ). Saat ini terjadi kita sebagai orang tua hendaknya mawas diri dan mulai mengganti pendekatan kita.
     3. menanggapi negatif
Saat anak mulai sering berkomentar “biarin aja dia memang jelek kok”, tanda harga diri anak yang terluka. Harga diri yang rendah, salah satu cara untuk naik ke tempat yang lebih tinggi adalah mencari pijakan, sama saat harga diri kita rendah maka cara paling mudah untuk menaikkan harga diri kita adalah dengan mencela orang lain. Dan anak pun sudah terlatih melakukan itu, berhati-hatilah terhadap hal ini. Harga diri adalah kunci sukses di masa depan anak.
            4. menarik diri
 Saat anak terbiasa dan sering menyendiri, asyik dengan dunianya sendiri, dia tidak ingin orang lain tahu tentang dirinya ( menarik diri ). Pada kondisi ini kita sebagai orang tua sebaiknya segera melakukan upaya pendekatan yang berbeda. Setiap manusia ingin dimengerti, bagaimana cara mengerti kondisi seorang anak ?. pada kondisi ini biasanya anak merasa ingin diterima apa adanya.
     5. menolak kenyataan
 Pernah mendengar quote seperti “aku ini bukan orang pintar, aku ini bodoh”.
     6. menjadi pelawak
Suatu kejadian disekolah ketika teman-temannya tertawa karena ulahnya dan anak tersebut merasa senang. Jika sesekali mungkin tidak masalah, tetapi jika berulang-ulang dia tidak mau kembali ketempat duduk dan mencari-cari kesempatan untuk mencari pengakuan dan penerimaan dari teman-temannya maka kita sebagai orang tua harap waspada. Karena anak tersebut tidak mendapat rasa diterima di rumah.
c.  Bentuk-Bentuk Perilaku Bermasalah
salah satu kesulitan memahami prilaku bermasalah ialah karena prilaku tersebut tampak dalam prilaku menghindar atau mempertahankan diri. Dalam psikologi prilaku ini disebut “mekanisme pertahanan diri” karena dengan prilaku tersebut individu dapat mempertahankan diri atau menghindar dari situasi yang menimbulkan ketegangan. Bentuk umum perilaku mekanisme memepertahankan diri ialah :
1.      Rasionalisasi
Mekanisame perilaku rasionalaisme ditunjukan dalam bentuk memeberikn penjelasan atau alasan yang dapat diterima oleh akal, tapi pada dasarnya bukan penyebab nyata karena dengan penjelasan tersebut individu bermaksud menyembunyikan latar belakang prilakunya.
2.      Sikap bermusuhan
Sikap ini tamapk pada prilaku agresif, menyerang, mengganggu besaing, dan mengancam lingkungan.
3.      Menghukum diri sendiri
Prilaku ini tampak dalam wujud mencela diri sendiri dari kesalaahn atau kegagalan. Perilaku ini terjadi karena individu cemas bahwa orang lain tidak akan menyukai sekiranya dia mengkritik orang lain. Orang seperti  memeliki kebutuhan untuk diakui.
4.      Represi
Perilaku represi ditunjukan dalam bentuk menyembunyikan dan menekan penyebab yang sebenarnya diluar batas kesadaran. Individu berusaha untuk melupakan sesuatu pebuatan pengalamannya yang telah dilakukannya karena perbuatan atau pengalaman pahit (buruk).


5.      Komformitas
Perilaku ini ditunjukan dalam menyelamatkan diri dengan atau terhadap harapan-harapan orang lain. Dengan memenuhi harapan orang lain, maka dirinya akan terhindar dari kecemasan. Orang seperti ini memiliki harapan social ketergantungan yang tinggi.
6.      Sinis
Perilaku sinis ini mucul dari ketidakberdayaan individu untuk berbuat atau berbicara terhadap kelompok. Ketidakberdayaan ini membuat dirinya khawatir dan penilaian orang lain terhadap dirinya, dan perilaku sinis merupakan perilaku menghindar dari penilaian orang lain.
Semua prilaku mekanisme pertahanan diri mempunyai karakteristik :
         Menolak, memalsukan atau mengacaukan kenyataan
         Dilakukan tanpa menyadari prilaku tersebut. Pola prilaku ini dipelajari dan cenderung kepada `pengurangan kecemasan dan bukan memecahkan masalah yang menjadi dasar penyebab kecemasan itu.
d. Masalah yang berkaitan dengan karakteristik perkembangan anak SD
Pendekatan perkembangan membawa implikasi bahwa pendekatan terhadap siswa berperilku bermasalah dapat dilakukan dengan mengkaji tugas-tugas perkembangan karakteristik perkembangan siswa :
-          Menanamkan Kebiasaan dan Sikap dalam Beriman dan Bertaqwa terhadap Tuhan YME.
Pada umumnya murid SD telah dapat melaksanakan ibadah sesuai dengan ajaran agama yang dianut, terutama untuk siswa kelas tinggi (kelas IV, V, VI). Temuan peneliti ini tampaknya memberikan gambaran bahwa upaya pembinaan keagamaan baik di rumah maupun di sekolah, dalam hal melaksanakan ibadah menunjukkan keberhasilan. Selain dirumah penanaman nilai ini juga melalui mata pelajaran agama, juga dilakukan pada saat perayaan keagamaan, ibadah bersama disekolah. Murid SD cendrung belum dapat menghindarkan diri dari perbuatan yang dilarang agama seperti menyontek. Perilaku menghormati kedua orang tua dan orang lain masih kurang. Murid SD lebih mementingkan dirinya sendiri, belum mampu mendahulukan kepentingan orang yang lebih tua. Kebanyakan murid SD belum menunjukkan kebanggaan atas kemampuan dirinya sendiri.
-          Mengembangkan Kata hati, Moral dan Nilai-nilai sebagai Pedoman Perilaku.
Tugas perkembangan ini dimaksud agar murid mengembangkan kontrol moral dari dalam, menghargai aturan moral, dan memulai dengan skala nilai yang rasional.
-          Mengembangkan Keterampilan Dasar Dalam Membaca, Menulis Dan Berhitung (Calistung).
Hakekat tugas perkembangan ini adalah murid belajar mengembangkan keterampilan dasar dalam membaca, menulis dan menghitung secara memadai agar mampu beradaptasi dengan masyarakat.
-          Mempelajari keterampilan fisik sederhana yang diperlukan untuk permainan dan kehidupan. Anak usia SD memberikan pengendalian yang lebih besar terhadap badannya dan mampu duduk atau berdiri dalam jangka waktu yang lama, disisi lain kekuatan fisik murid belum matang, dan memerlukan aktivitas. Murid SD lebih merasa lelah disuruh duduk dalam jangka lama, disisi lain kekuatan fisik murid belum matang, dan memerlukan aktivitas. Murid SD lebih merasa lelah disuruh duduk dalam waktu yang lama, dibandingkan dengan lari-lari, jungkir balik atau naik sepeda. Kegiatan fisik sangat penting untuk menyempurnakan perkembangan keterampilannya, seperti melempar bola, loncat tali, keseimbangan dalam meniti balok kayu.
-          Belajar bergaul dan bekerja dalam kelompok sebaya. Pada usia sekolah anak-anak mulai keluar dari lingkungan keluarga memasuki dunia teman sebaya. Melalui kelompok sebaya anak belajar memberikan dan menerima dalam kehidupan sosial di antara teman sebaya. Belajar berteman dan bekerja dalam kelompok, dapat mengembangkan kepribadian sosial.
-          Belajar menjadi pribadi yang mandiri. Hakekat tugas perkembangan ini adalah anak belajar menjadi pribadi mandiri, mampu membuat perencanaan dan melaksanakan kegiatan pada saat ini dan masa mendatang secara mandiri tidak tergantung pada orang tua atau orang yang lebih muda.
-          Membangun sikap hidup yang sehat mengenai diri sendiri dan lingkungan. Tugas perkembangan ini berkenaan dengan kebiasaan dalam memelihara badan, kebersihan dan keamanan, memelihara kesehatan, sikap realistis yang mencakup, perasaan memiliki fisik yang normal dan memadai, kemampuan menyenangi dalam menggunakan badannya, dan memiliki keutuhan sikap terhadap jenis kelamin. Kebersihan dalam mencapai tugas-tugas perkembangan tersebut menyebabkan terjadinya keseimbangan kepribadian. Kebiasaan hidup sehat hendaknya dilakukan secara rutin.
-          Mengembangkan Konsep-konsep yang Perlu dalam Kehidupan Sehari-hari.
Hakekat tugas perkembangan ini adalah anak memperoleh sejumlah konsep untuk berpikir efektif berkenaan dengan pekerjaan, kewarganegaraan, dan peristiwa-peristiwa sosial. Pada saat anak-anak siap memasuki sekolah, ia sebanarnya telah memiliki perbendaharaan beberapa ratus konsep-terutama konsep-konsep yang sederhana seperti ; bentuk lingkaran, rasa, warna, binatang, makanan, marah, dan cinta.
-          Belajar menjalankan peran sosial sesuai dengan jenis kelamin. Murid SD hendaknya belajar berperan sebagai laki-laki atau perempuan sesuai dengan jenis kelaminnya sebagaimana yang diharapkan. Secara biologis perbedaan anatomi antara laki-laki dan perempuan tidak menuntut perbedaan peran jenis kelamin selama murid sekolah dasar. Postur tubuh anak wanita sebagaimana anak laki-laki tumbuh dengan baik melalui aktivitas fisik sehingga menjadi kuat dan besar. Pada usia 9 atau 10 tahun, terdapat perbedaan anatomi antara anak laki-laki dengan anak perempuan.
-          Memilki Sikap Positif terhadap Kelompok dan Lembaga-lembaga Sosial.
Kemampuan murid untuk mengembangkan sikap positif terhadap kelompok dan lembaga-lembaga sosial, merupakan dasar untuk pengembangan sikap demokrasi. Tugas perkembangan ini dipelajari murid sejak di rumah, melalui teman sebaya, dalam kehidupan di masyarakat, dan di sekolah.



e.Teknik Membantu Siswa Bermasalah
bagi guru SD yang berperan sebagai guru kelas, sekaligus pembimbing, penanganan dan pencegahan prilaku bermasalah dapat ditempuh dengan mengembangakan dan memelihara lingkungan belajar yang sehat.
Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan guru untuk memperoleh lingkungan belajar yang sehat :
a. Memanfaatkan pembelajaran kelas sebagai wahana untuk bimbingan kelompok. Dalam     hal ini guru dapat bekerja sama dengan guru lain di sekolah itu atau gru kelas lain.
 b. Memanfatkan pendekatan-pendekatan kelompok di dalam proses pembelajaran. Dalam  hal ini guru dapat menggunakan metode yang bervariasi yang memungkinkan murid mengembangkan keterampilan kelompok seperti : sosiometri, diskusi, dan simulasi.
 c. Mengadakan konfrensi kasus dengan melibatakan guru dan orang tua siswa. Konfrensi kasus ini dimaksudkan untuk menemukan altematif pemecahan bagi kasus.
 d. Menjadikan segi kesehatan mental sebagai salah satu segi avaluasi. Evaluasi di sekolah seyoganya tidak hanya melaksanakan kepada hasil belajar saja tetapi juga perlu memperhatikan keperibadian murid. Walaupun hasil evaluasi kepribadian itu tidak dijadikan factor penentu keberhasilan siswa.
e. Memasukkan aspek-aspek insaniah dalam kurikulum, sebagai bagian terpadu dan bahan ajar yang harus disajikan guru.
f. Menaruh kepedulian khusus terhadap factor-faktor psikologis yang perlu dipertimbangkan dalam mengembangakan strategi pembelajaran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar