A. Pengertian Esensialisme
Esensialisme adalah pendidikan yang didasarkan kepada nilai-nilai
kebudayaan yang telah ada sejak peradaban umat manusia. Esensialisme memandang
bahwa pendidikan harus berpijak pada nilai-nilai yang memiliki kejelasan dan
tahan lama yang memberikan kestabilan dan nilai-nilai terpilih yang mempunyai
tata yang jelas. Menurut esensialisme pendidikan harus bertumpu pada
nilai-nilai yang telah teruji ketangguhannya, dan kekuatannya sepanjang masa
sehingga nilai-nilai yang tertanam dalam warisan budaya / sosial adalah
nilai-nilai kemanusiaan yang berbentuk secara berangsur-angsur melalui kerja
keras dan susah payah selama beratus tahun, di dalam telah teruji dalam
gagasan-gagasan dan cita-cita yang telah teruji dalam perjalanan waktu.
. D. Karakteristik Filsafat
Pendidikan Esensialisme
Ciri-ciri filsafat pendidikan esensialisme yang disarikan oleh Welli
am.c.Bagley adalah sebagai berikut :
1. Minat-minat yang kuat dan tahan lama sering tumbuh dari upaya-upaya belajar
awal yang memikat atau menarik perhatian bukan karena dorongan dari dalam jiwa.
2. Pengawasan, pengarahan, dan bimbingan orang yang belum dewasa adalah
melekat dalam masa balita yang panjang atau keharusan ketergantungan yang
khusus pada spesies manusia.
3. Mendisiplin diri harus menjadi tujuan pendidikan, maka menegakkan disiplin
adalah suatu cara yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut. Di kalangan
individu maupun bangsa, kebebasan yang sesungguhnya selalu merupakan sesuatu
yang dicapai melalui perjuangan tidak pernah merupakan pemberian.
4. Esensialisme menawarkan teori yang kokoh kuat tentang pendidikan, sedangkan
sekolah-sekolah pesaingnya (progressive) memberikan sebuah teori yang lemah.
E. Teori Pendidikan
Esensialisme
1. Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan esensialisme adalah menyampaikan warisan budaya dan
sejarah melalui suatu inti pengetahuan yang telah terhimpun, dasar bertahan
sepanjang waktu untuk diketahui oleh semua orang. Pengetahuan ini diikuti oleh
keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang tepat untuk membentuk unsur-unsur
yang inti (esensiliasme), sebuah pendidikan sehingga pendidikan bertujuan
mencapai standart akademik yang tinggi, pengembangan intelek atau kecerdasan.
2. Metode pendidikan
a. Pendidikan berpusat pada guru (teacher centered)
b. Umumnya diyakini bahwa pelajar tidak betul-betul mengetahui apa yang
diinginkan, dan mereka harus dipaksa belajar.
c. Metode utama adalah latihan mental, misalnya melalui diskusi dan pemberian
tugas, penguasaan pengetahuan, misalnya melalui penyampaian informasi dan
membaca.
3. Pelajar
Siswa adalah mahluk rasional dalam kekuasaan fakta &
keterampilan-keterampilan pokok yang siap melakukan latihan-latihan intelektif
atau berfikir.
4. Pengajar
1. Peranan guru kuat dalam mempengaruhi & menguasai kegiatan –kegiatan di
kelas.
2. Guru berperan sebagai sebuah contoh dalam pengawasan nilai-nilai dan
penguasaan pengetahuan atau gagasan
F. Tokoh-Tokoh Esensliasme
dan Panangannya
Adapun pandangan tentang pendidikan dari tokoh pendidikan Renaisans yang
pertama:
1. Johan Amos Cornenius (1592-1670) yaitu agar segala sesuatu diajarkan
melalui indra, karena indra adalah pintu gerbangnya jiwa.
2. Johan Frieddrich Herbart (1776-1841) mengatakan bahwa tujuan pendidikan
adalah menyesuaikan jiwa seseorang dengan kebijaksanaan Tuhan artinya adanya
penyesuaian dengan hukum kesusilaan. Proses untuk mencapai tujuan pendidikan
itu oleh Herbart disebut pengajaran.
3. William T. Harris (1835-1909) tugas pendidikan adalah menjadikan terbukanya
realitas berdasarkan susunan yang tidak terelakkan dan bersendikan ke kesatuan
spiritual sekolah adalah lembaga yang memelihara nilai-nilai yang turun
menurut, dan menjadi penuntun penyesuaian orang pada masyarakat.
Tokoh lainnya antara lain:
a. George Wilhelm Friedrich Hegel (1770-1831)
Mengemukakan adanya sintesa antara ilmu pengetahuan dan agama menjadi suatu
pemahaman yang menggunakan landasan spiritual.
b. George Santayana
Dia memadukan antara aliran idealisme dan realisme dalam suatu sintesa
dengan mengatakan bahwa nilai tidak dapat ditandai dengan suatu konsep tunggal,
karena minat, perhatian dan pengalaman seseorang menentukan adanya kualitas
tertentu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar