Kamis, 06 Juni 2013

Gangguan Belajar Anak

GANGGUAN BELAJAR ANAK
Ujang Erianto

Belajar merupakan proses atau usaha yang dilakukan tiap individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku baik dalam bentuk pengetahuan, keterampilan maupun sikap dan nilai yang positif sebagai pengalaman untuk mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah dipelajari. Kegiatan belajar tersebut ada yang dilakukan di sekolah, di rumah, dan di tempat lain seperti di museum, di laboratorium, di hutan dan dimana saja. Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri dan akan menjadi penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Kenyataanya belajar masih banyak gangguan belajar yang mempengaruhi kemampuan untuk menerima, memproses, menganalisis atau menyimpan informasi. Anak dengan Gangguan Belajar mungkin mempunyai tingkat intelegensia yang sama atau bahkan lebih tinggi dibandingkan dengan teman sebayanya, tetapi seringberjuang untuk belajar secepat orang di sekitar mereka. Masalah yang terkait dengan kesehatan mental dan gangguan belajar yaitu kesulitan dalam membaca, menulis, mengeja, mengingat, penalaran, serta keterampilan motorik dan masalah dalam matematika.
Pengertian gangguan belajar
gangguan belajar secara bahasa merupakan masalah yang dapat mempengaruhi kemampuan otak dalam menerima, memproses, menganalisis dan menyimpan informasi. Sedangkan pengertian yang diberikan oleh National Joint Committee for Learning Disabilities (NJCLD) mengenai gangguan belajar adalah suatu kumpulan dengan bermacam-macam gangguan yang mengakibatkan kesulitan dalam mendengar, berbicara, menulis, menganalisis, dan memecahkan persoalan.
Gangguan belajar termasuk klasifikasi beberapa gangguan fungsi di mana seseorang memiliki kesulitan belajar dengan cara yang khas, biasanya disebabkan oleh faktor yang tidak diketahui. Istilah Ketidakmampuan belajar dan gangguan belajar sering digunakan secara bergantian, keduanya berbeda. Ketidakmampuan belajar adalah ketika seseorang memiliki masalah belajar yang signifikan di bidang akademis. Masalah-masalah ini, bagaimanapun, tidak cukup untuk menjamin diagnosis resmi. Gangguan belajar, di sisi lain, adalah diagnosis klinis resmi, dimana individu memenuhi kriteria tertentu, sebagaimana ditentukan oleh seorang profesional (psikolog, dokter anak, dll) Perbedaannya adalah dalam tingkat, frekuensi, dan intensitas gejala yang dilaporkan dan masalah, dan dengan demikian keduanya tidak boleh bingung.
Faktor yang tidak diketahui adalah gangguan yang mempengaruhi kemampuan otak untuk menerima dan memproses informasi. Gangguan ini bisa membuat masalah bagi seseorang untuk belajar dengan cepat atau dalam cara yang sama seperti seseorang yang tidak terpengaruh oleh ketidakmampuan belajar. Orang dengan ketidakmampuan belajar mengalami kesulitan melakukan jenis tertentu keterampilan atau menyelesaikan tugas jika dibiarkan mencari hal-hal dengan sendirinya atau jika diajarkan dengan cara konvensional.
Perkembangan anak sejak kecil juga bisa merupakan pertanda kemungkinan terjadinya gangguan belajar pada usia sekolah dasar. Anak dengan keterlambatan bicara (belum bisa mengucapkan kalimat sederhana di usia 2 tahun), bisa merupakan faktor prediksi terjadinya gangguan belajar. Begitupun dengan gangguan koordinasi motorik, terutama pada usia menjelang taman kanak-kanak, seperti mencetak dan mengkopi. Lambat dalam mempelajari nama-nama warna atau huruf, lambat dalam menyebutkan kata-kata untuk objek yang dikenal, lambat dalam menghitung, dan lambat dalam keahlian belajar lain. Sehingga belajar untuk membaca dan menulis kemungkinan tertunda. Gejala-gejala lain dapat berupa perhatian dengan jangka waktu yang pendek dan kemampuan yang kacau, berhenti bicara, dan ingatan dengan jangka waktu yang pendek. Anak dengan gangguan belajar bisa mengalami kesulitan komunikasi. Beberapa anak mulanya menjadi frustasi dan kemudian mengalami masalah tingkah laku, seperti menjadi mudah kacau, hiperaktif, menarik diri, malu, atau agresif.
Faktor Penyebab Gangguan dalam Belajar
Masalah kesulitan belajar ini, tentunya disebabkan oleh berbagai faktor. Untuk memberikan suatu bantuan kepada anak yang mengalami kesulitan belajar, tentunya kita harus mengetahui terlebih dahulu faktor apa yang menjadi penyebab munculnya masalah kesulitan belajar. Faktor-faktor penyebab kesulitan belajar dapat digolongkan ke dalam dua golongan, yaitu :
1. Faktor Internal (faktor dari dalam diri anak itu sendiri ) yang meliputi:
1) Faktor fisiologi
Faktor fisiologi adalah faktor fisik dari anak itu sendiri. seorang anak yang sedang sakit, tentunya akan mengalami kelemahan secara fisik, sehingga proses menerima pelajaran, memahami pelajaran menjadi tidak sempurna. Selain sakit faktor fisiologis yang perlu kita perhatikan karena dapat menjadi penyebab munculnya masalah kesulitan belajar adalah cacat tubuh, yang dapat kita bagi lagi menjadi cacat tubuh yang ringan seperti kurang pendengaran, kurang penglihatan, serta gangguan gerak, serta cacat tubuh yang tetap (serius) seperti buta, tuli, bisu, dan lain sebagainya.

2) Faktor psikologis
Faktor psikologis adalah berbagai hal yang berkenaan dengan berbagai perilaku yang ada dibutuhkan dalam belajar. Sebagaimana kita ketahui bahwa belajar tentunya memerlukan sebuah kesiapan, ketenangan, rasa aman. Selain itu yang juga termasuk dalam faktor psikoogis ini adalah intelligensi yang dimiliki oleh anak. Anak yang memiliki IQ cerdas (110 – 140), atu genius (lebih dari 140) memiliki potensi untuk memahami pelajaran dengan cepat. Sedangkan anak-anak yang tergolong sedang (90 – 110) tentunya tidak terlalu mengalami masalah walaupun juga pencapaiannya tidak terlalu tinggi. Sedangkan anak yang memiliki IQ dibawah 90 atau bahkan dibawah 60 tentunya memiliki potensi mengalami kesulitan dalam masalah belajar. Untuk itu, maka orang tua dan guru perlu mengetahui tingkat IQ yang dimiliki anak atau anak didiknya. Selain IQ faktor psikologis yang dapat menjadi penyebab munculnya masalah kesulitan belajar adalah bakat, minat, motivasi, kondisi kesehatan mental anak, dan juga tipe anak dalam belajar.
2. Faktor ekstern (faktor dari luar anak) meliputi:
1) Faktor sosial
Seperti cara mendidik anak oleh orang tua mereka di rumah. Anak-anak yang tidak mendapatkan perhatian yang cukup tentunya akan berbeda dengan anak-anak yang cukup mendapatkan perhatian, atau anak yang terlalu diberikan perhatian. Selain itu juga bagimana hubungan orang tua dengan anak, apakah harmonis, atau jarang bertemu, atau bahkan terpisah. Hal ini tentunya juga memberikan pengaruh pada kebiasaan belajar anak.
2) Faktor-faktor non sosial
Faktor-faktor non sosial yang dapat menjadi penyebab munculnya masalah kesulitan belajar adalah faktor guru di sekolah, kemudian alat-alat pembelajaran, kondisi tempat belajar, serta kurikulum.
Jenis Gangguan Belajar

    Disleksia gangguan belajar yang mempengaruhi membaca dan /atau kemampuan menulis. Ini adalah cacat bahasa berbasis di mana seseorang memiliki kesulitan untuk memahami kata-kata tertulis. Diskalkulia gangguan belajar yang mempengaruhi kemampuan matematika. Seseorang dengan diskalkulia sering mengalami kesulitanmemecahkan masalah matematika dan menangkap konsep-konsep dasar aritmatika.
    Disgrafia ketidakmampuan dalam menulis, terlepas darikemampuan untuk membaca. Orang dengan disgrafia sering berjuang denganmenulis bentuk surat atau tertulis dalam ruang yang didefinisikan. Hal ini juga bisa disertai dengan gangguan motorik halus. Gangguan pendengaran dan proses visual, gangguan belajar yang melibatkan gangguan sensorik. Meskipun anak tersebut mungkin dapat melihat dan / atau mendengar secara normal, gangguan ini menyulitkan mereka dari apa yang mereka lihat dan dengar. Mereka akan seringmemiliki kesulitan dalam pemahaman bahasa, baik tertulis atau auditori (atau keduanya).
    Ketidakmampuan belajar nonverbal gangguan belajar dalam masalah dengan visual-spasial, motorik, dan keterampilan organisasi. Umumnya mereka mengalami kesulitan dalam memahami komunikasi nonverbal dan interaksi, yang dapat mengakibatkan masalah sosial. Gangguan bahasa spesifik, gangguan perkembangan yang mempengaruhi penguasaan bahasa dan penggunaan.
Mengenali Gejala Gangguan Belajar Pada Anak-anak
Gangguan ataupun kelainan belajar meliputi masalah-masalah kronis dalam belajar. Namun tidak semua masalah belajar adalah gejala gangguan/disabilitas. Sebagian besar siswa mengalami masalah dalam belajar pada suatu waktu. Sesungguhnya kesulitan dalam mempelajari materi baru adalah bagian normal dari proses belajar dan tidak selalu merupakan gejala kelainan belajar. Sebagian kesulitan belajar justru menguntungkan untuk siswa. Usaha tambahan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas-tugas yang menantang dapat memperkuat kemampuan menyelesaikan masalah, meningkatkan pemahaman dan mempertahankan fokus lebih lama. Semua itu diperlukan untuk meningkatkan memori jangka panjang.

Gejala awal yang muncul di masa kanak-kanak biasanya adalah kelambatan perkembangan. Namun perlu diingat bahwa banyak anak dengan kelambatan perkembangan dapat mengejar ketinggalannya dengan intervensi awal pada program pendidikan khusus dan tidak mengalami gangguan belajar kelak pada masa sekolah mereka. Pada masa Sekolah Dasar, kesulitan dengan pekerjaan sekolah dan underachievement mungkin menunjukkan gejala yang lebih serius dari masalah belajar. Para siswa yang memiliki gejala dan tidak mendapatkan bantuan perbaikan dengan intervensi yang tepat setelah beberapa lama mungkin mengalami gangguan belajar.
Perlu diingat bahwa gangguan belajar bukan disebabkan oleh rendahnya kecerdasan ataupun rendahnya motivasi. Anak dengan gangguan belajar bukan bodoh dan malas. Mereka sama cerdasnya dengan anak-anak lain. Perbedaannya terletak pada cara otak mereka bekerja. Perbedaan rangkaian otak mereka mempengaruhi cara anak-anak tersebut menerima dan memproses informasi. Dengan kata lain, anak-anak dengan gangguan belajar melihat, mendengar, memahami sesuatu dengan cara yang berbeda.
Jika anda mencurigai anak anda mengalami gangguan belajar, sebaiknya hadapi masalah sedini mungkin. Mulailah dengan mempelajari gangguan belajar dan mencari berbagai informasi. Anak dengan gangguan belajar bisa dan mampu untuk berhasil. Sangat penting untuk diingat bahwa anak dengan gangguan belajar tidak memiliki masalah dengan kecerdasan.  Mereka hanya perlu untuk diajarkan dengan cara ataupun metode yang berbeda, yang sesuai dengan keunikan masing-masing anak.
Gejala anak yang mengalami gangguan dalam belajar dapat diamati dari perilaku mereka saat di kelas. Diantaranya adalah:
1) tidak dapat duduk tenang di tempatnya,
2) perhatian dengan jangka waktu yang pendek,
3) lambat menyelesaikan tugas atau bahkan,
4) tidak mau mengerjakan tugas yang diberikan.
Hal-hal di atas biasanya merupakan bentuk penghindaran dari pengerjaan tugas yang dirasa sulit oleh mereka yang mengalami gangguan dalam belajar. Perkembangan anak sejak kecil juga bisa merupakan pertanda kemungkinan terjadinya gangguan belajar pada usia sekolah dasar. Anak dengan keterlambatan bicara (belum bisa mengucapkan kalimat sederhana di usia 2 tahun), bisa merupakan faktor prediksi terjadinya gangguan belajar. Begitupun dengan gangguan koordinasi motorik, terutama pada usia menjelang taman kanak-kanak, seperti mencetak dan mengkopi. Lambat dalam mempelajari nama-nama warna atau huruf, lambat dalam menyebutkan kata-kata untuk objek yang dikenal, lambat dalam menghitung, dan lambat dalam keahlian belajar lain. Sehingga belajar untuk membaca dan menulis kemungkinan tertunda. Gejala-gejala lain dapat berupa perhatian dengan jangka waktu yang pendek dan kemampuan yang kacau, berhenti bicara, dan ingatan dengan jangka waktu yang pendek. Anak dengan gangguan belajar bisa mengalami kesulitan komunikasi. Beberapa anak mulanya menjadi frustasi dan kemudian mengalami masalah tingkah laku, seperti menjadi mudah kacau, hiperaktif, menarik diri, malu, atau agresif.
Gejala gangguan belajar pada Anak Pra-Sekolah:
Gangguan bicara dan bahasa, sulit mengucapkan kata-kata dan memahami kalimat. Mengalami masalah dalam belajar huruf, angka, warna, bentuk, hari. Kesulitan mencari ekspresi kata yang tepat. Sulit mengikuti perintah, membedakan kanan dan kiri. Mengalami problem untuk menulis, memegang gunting, mewarnai dalam kotak. Sulit mengikat tali sepatu, mengancingkan kancing, ritsleting. Kesulitan mengikuti rutinitas belajar.
Cara Mengatasi Gangguan dalam Belajar
Anak yang mengalami gangguan belajar sering kali akan menunjukkan gangguan perilaku. Hal ini bisa berdampak pada hubungan antara mereka dengan orang-orang di sekitarnya (keluarga, guru dan teman-teman sebaya). Untuk itu anak perlu didampingi untuk menghadapi situasi ini. Orang tua merupakan guru yang pertama dan terdekat dengan anak. Dengan demikian, peran orang tua sangat penting untuk mengenali permasalahan apa yang dialami anak. Selain itu, penting juga untuk menemukan kekuatan atau kemampuan yang dimiliki anak. Hal ini akan membantu orang tua mendukung anak mengembangkan kemampuan yang dimilikinya sehingga dapat meningkatkan kepercayaan diri anak.

Pengobatan yang paling berguna untuk menangani masalah gangguan dalam belajar adalah pendidikan yang secara hati-hati disesuaikan dengan individu anak. Cara seperti membatasi makanan aditif dan menggunakan vitamin dalam jumlah besar seringkali dicoba tetapi tidak terbukti. Tidak ada obat-obatan yang cukup efektif pada pencapaian akademis, intelegensi, dan kemampuan pembelajaran umum. Tugas anak adalah bermain, maka proses belajar pun sebaiknya menjadi proses yang menyenangkan untuk anak. Apalagi pada anak dengan gangguan belajar, penting untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan tidak membebani anak. Kenali hal apa yang membuat anak merasa senang. Misalnya, jika anak tersebut menyukai lagu tertentu, ajak anak itu belajar sambil memutarkan lagu tersebut. Ijinkan anak membawa mainan kesayangannya saat belajar. Jika anak senang dengan suatu obyek tertentu, misalnya kereta api, sertakan bentuk kereta api dalam pelajaran. Sebagai contoh, anak dengan gangguan berhitung, saat belajar berhitung dapat digunakan gambar kereta api yang dia senangi. Lakukan pula proses asosiasi antara konsep yang sedang diajarkan dengan kehidupan nyata sehari-hari, sehingga anak mudah memahaminya.

Anak dengan gangguan belajar juga bisa mengalami perasaan rendah diri karena ketidakmampuannya atau karena sering diejek oleh teman-temannya. Untuk itu, penting bagi orang tua memberikan pujian jika ia berhasil melakukan suatu pencapaian. Misalnya, bila suatu kali anak berhasil mendapat nilai yang cukup baik atau mengerjakan tugas dengan benar, maka orang tua hendaknya memberi pujian pada anak. Hal ini akan memotivasi anak untuk berbuat lebih baik, meningkatkan rasa percaya diri dan membantu anak merasa nyaman dengan dirinya.

Keterlibatan pihak sekolah juga perlu diperhatikan karena sebagian besar waktu belajar anak ada di sekolah. Harus ada kerja sama terpadu antara guru dan orang tua untuk menentukan strategi belajar di kelas, memonitor perkembangan dan kesulitan anak, serta melakukan tindakan-tindakan yang perlu untuk memfasilitasi kemajuan anak. Misalnya, guru memberi saran tertentu pada orang tua dalam menentukan tugas di rumah, buku-buku bacaan, serta latihan yang disarankan. Kemudian diskusikan juga dengan guru kelas mengenai kesulitan dan kemampuan anak dalam belajar. Posisi tempat duduk anak di kelas juga bisa membantu anak untuk lebih berkonsentrasi dalam belajar. Akan lebih baik jika anak duduk di depan kelas sehingga perhatiannya tidak teralih ke anak-anak lain atau ke jendela kelas.

Masalah gangguan belajar penting sekali dipahami oleh orang tua dan guru sehingga dapat mendukung dan membantu anak dalam belajar. Jika ditangani dengan tidak benar maka hanya akan menambah permasalahan pada anak. Deteksi dan konsultasi dini pada anak yang diduga mengalami gangguan belajar menjadi faktor penting sehingga anak dapat segera ditangani dengan tepat. Kerja sama antara orang tua dan guru diperlukan untuk membantu anak menghadapi permasalahan gangguan belajar tersebut.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar