Minggu, 02 Juni 2013

guru berkualitas




ASSALAMMUALAIKUM  WR... WB...
 
GURU BERKUALITAS

DI SUSUN OLEH 
UJANG ERIANTO
12108249045

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
ILMU PENDIDIKAN 
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA



Pada umumnya dalam dimensi operasional terutama pada jalur sekolah, guru merupakan salah satu unsur pendidikan lebih khusus lagi dalam tingkatan instruksional dan eksperiensial. Membentuk kompetensi peserta didik serta mengantarkan mereka ke tujuan yang ingin dicapai secara optimal setidaknya guru harus mempunyai lima untuk menjadi guru berkualitas, efektif, edukatif, evaluatif, energik, emansifatif.
Pembelajaran Efektif
Hanya akan terjadi apabila di ampu oleh guru efektif, Guru efektif selalu selalu melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajarannya. Guru efektif tak lepas dari pertanyaan yang akan diberikan kepada siswa dan memberikan diskusi, praktikum, tanya jawab, debat terarah dan lain – lain untuk menuju pemahaman materi dibawah kendali guru efektif.
Pembelajaran Edukatif
Peran utama khususnya pada pembelajaran di SD ( Sekolah Dasar ), peran ini lebih tampak sebagai teladan bagi peserta didik, sebagai role model, memberikan contoh dalam hal sikap dan perilaku dan membentuk kepribadian peserta didik. Di dalam perannya sebagai edukator, guru diharapkan memenuhi perannya, guru merupakan, pengembang kepribadian peserta didik,  pembimbing peserta didik, pembina budi pekerti peserta didik dan pemberi pengarahan kepada peserta didik. Dengan kata lain guru hendaknya membantu peserta didik yang sedang berkembang untuk mempelajari sesuatu yang belum diketahuinya , membentuk kompetensi, dan memahami materi standar yang dipelajari. Di dalam pembelajaran , guru harus berpacu memberikan kemudahan belajar bagi seluruh peserta didik agar dapat mengembangkan potensinya secara optimal.

Pembelajaran Evaluatif
Evaluasi atau penilaian merupakan aspek pembelajaran yang paling kompleks, karena melibatkan banyak latar belakang dan hubungan serta vsrisbel lain yang mempunyai arti apabila berhubungan dengan konteks yang hampir tidak mungkin dapat dipisahkan dengan setiap penilaian. Tak ada proses pembelajaran tanpa penilaian. Mengingat penilaian itu harus dilaksanakan dengan prinsip-prinsip dan teknik yang sesuai , maka guru perlu memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang memadai. Selama menilai peserta didik, guru hendaknya secara menyadari kesalahan dan kekurangannya melalui refleksi balikan dari peserta didik. Hal ini untuk memperbaiki langkah-langkah yang lebih berkualitas. Guru yang mau menilai kemampuan kognitif, perilaku dan keterampilan secara terpadu pada peserta didiknya adalah guru yang bertanggung jawab. Selain menilai hasil belajar peserta didik , guru harus mau menilai dirinya sendiri secara objektif . Guru yang demikian inilah merupakan guru yang benar-benar evaluatif.
Pembelajaran Energik
Energik berarti tenaganya digunakan secara maksimal. Guru yang energik merupakan guru yang melakukan tugasnya dengan sungguh-sungguh dalam hal pikiran, tenaga, waktu dan konsentrasinya. Guru energik selalu mengabdikan segenap kemampuannya secara totalitas demi peningkatan kualitas pendidikan pada umumnya dan peningkatan kualitas peserta didik khususnya. Ia selalu energik dalam mengembangkan berbagai metode pembelajarannya, menerapkan berbagai strategi, meningkatkan penguasaan materi ajar, merancang pengadaan media pembelajaran yang sesuai, hemat dalam memenejemen waktu, selalu berusaha menerapkan pembelajaran dengan konsep PAKEM ( produktif, aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan ) dan mampu menmggugah semangat dan ide-ide baru peserta didiknya.


Pembelajaran Emansipatif
Emansipasi merupakan  pembebasan kaum budak menjadi kaum yang merdeka. Dengan kata lain emansipasi merupakan persamaan hak. Sebagai kaum pendidik, guru seharusnya menyadari bahwa di dalam tugasnya terkandung unsur keadilan, penggugah semangat peserta didik dan penerang dalam kegelapan generasi masa depan. Dengan modal memahami potensi peserta didik, menghormati setiap insan, guru hendaknya menyadari bahwa kebanyakan manusia merupakan budak stagnasi kebudayaan.
Masalah Dan Kendala
Hingga saat ini masih banyak masalah dan kendala yang berkaitan dengan guru sebagai satu kenyataan yang harus diatasi dengan segera. Berbagai upaya pembaharuan pendidikan telah banyak dilakukan antara lain melalui perbaikan sarana, peraturan, kurikulum, dsb. tapi belum mempriotitaskan guru sebagai pelaksana di tingkat instruksional terutama dari aspek kesejahteraannya. Beberapa masalah dan kendala yang berkaitan dengan kondisi guru antara lain sebagai berikut.
Masalah  Kuantitas, Kualitas, dan Distribusi
Dari aspek kuantitas, jumlah guru yang ada masih dirasakan belum cukup untuk menghadapi pertambahan siswa serta tuntutan pembangunan sekarang. Kekurangan guru di berbagai jenis dan jenjang khususnya di sekolah dasar, merupakan masalah besar terutama di daerah pedesaan dan daerah terpencil. Dari aspek kualitas, sebagian besar guru-guru dewasa ini masih belum memiliki pendidikan minimal yang dituntut. Dari aspek penyebarannya, masih terdapat ketidak seimbangan penyebaran guru antar sekolah dan antar daerah.. Dari aspek kesesuaiannya, di SD, masih terdapat ketidak sepadanan guru berdasarkan mata pelajaran yang harus diajarkan.


Masalah Kesejahteraan
Dari segi keadilan kesejahteraan guru, masih ada beberapa kesenjangan yang dirasakan sebagai perlakuan diskriminatif para guru. Di antaranya merupakan, kesenjangan antara guru dengan PNS lainnya, serta dengan para birokratnya,  kesenjangan antara guru dengan dosen, kesenjangan guru menurut jenjang dan jenis pendidikan, misalnya antara guru SD, kesenjangan antara guru pegawai negeri yang digaji oleh negara, dengan guru swasta yang digaji oleh pihak swasta,  kesenjangan antara guru pegawai tetap dengan guru tidak tetap atau honorer, kesenjangan antara guru yang bertugas di kota dengan guru yang berada di pedesaan atau daerah terpencil,  kesenjangan karena beban tugas, yaitu ada guru yang beban mengajarnya ringan tetapi di lain pihak ada yang beban tugasnya banyak (misalnya di sekolah yang kekurangan guru) akan tetapi imbalannya sama saja atau lebih sedikit. Kesejahteraan mencakup aspek imbal jasa, rasa aman, kondisi kerja, hubungan antar pribadi, dan pengembangan karir.
Masalah Manajemen Guru
Dari sudut pandang manajemen SDM guru, guru masih berada dalam pengelolaan yang lebih bersifat birokratis-administratif yang kurang berlandaskan paradigma pendidikan (antara lain manajemen pemerintahan, kekuasaan, politik, dan lain sebagainya.). Dari aspek unsur dan prosesnya, masih dirasakan terdapat kekurang-terpaduan antara sistem pendidikan, rekrutmen, pengangkatan, penempatan, supervisi, dan pembinaan guru. Masih dirasakan belum terdapat keseimbangan dan kesinambungan antara kebutuhan dan pengadaan guru. Rerkrutmen dan pengangkatan guru masih selalu diliputi berbagai masalah dan kendala terutama dilihat dari aspek kebutuhan kuantitas, kualitas, dan distribusi. Pembinaan dan supervisi dalam jabatan guru belum mendukung terwujudnya pengembangan pribadi dan profesi guru secara proporsional. Mobilitas mutasi guru baik vertikal maupun horisontal masih terbentur pada berbagai peraturan yang terlalu birokratis dan “arogansi dan egoisme” sektoral. Pelaksanaan otonomi daerah yang “kebablasan” cenderung membuat manajemen guru menjadi makin semrawut
Masalah Penghargaan
Terhadap guru Seperti telah dikemukakan di atas, hingga saat ini guru belum memperoleh penghargaan yang memadai. Selama ini pemerintah telah berupaya memberikan penghargaan kepada guru dalam bentuk pemilihan guru teladan, lomba kreatiivitas guru, guru berprestasi, dsb. meskipun belum memberikan motivasi bagi para guru. Sebutan “pahlawan tanpa tanda jasa” lebih banyak dipersepsi sebagai pelecehan ketimbang penghargaan. Pemberian penghargaan terhadap guru harus bersifat adil, terbuka, non-diskriminatif, dan demokratis dengan melibatkan semua unsur yang terkait dengan pendidikan terutama para pengguna jasa guru itu sendiri, sementara pemerintah lebih banyak berperan sebagai fasilitator.
Masalah Pendidikan Guru
Sistem pendidikan guru baik pra-jabatan maupun dalam jabatan masih belum memberikan jaminan dihasilkannya guru yang berkewenangan dan bermutu disamping belum terkait dengan sistem lainnya. Pola pendidikan guru hingga saat ini masih terlalu menekankan pada sisi akademik dan kurang memperhatikan pengembangan kepribadian disamping kurangnya keterkaitan dengan tuntutan perkembangan lingkungan. Pendidikan guru yang ada sekarang ini masih bertopang pada paradigma guru sebagai penyampai pengetahuan sehingga diasumsikan bahwa guru yang baik adalah yang menguasai pengetahuan dan cakap menyampaikannya. Hal ini mengabaikan azas guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran dan sumber keteladanan dalam pengembangan kepribadian peserta didik. Pada hakekatnya pendidikan guru itu adalah pembentukan kepribadian disamping penguasaan materi ajar. Disamping itu pola-pola pendidikan guru yang ada dewasa ini masih terisolasi dengan sub-sistem manajemen lainnya seperti rekrutmen, penempatan, mutasi, promosi, penggajian, dan pembinaan profesi.
Solusi
Untuk menjadi guru berkualitas dari masalah yang di atas, guru harus dilatih mejandi guru profesional atau guru berkualitas dengan cara guru harus dilatih dalam sistem pendidikan guru yang baik dalam jabatan,pemerintah harus memilih guru-guru yang berkualitas seperti memilih guru teladan dalam setiap tahun, pemberian penghargan pemerintah harus bersikap adil, demokratif dan demokratis  mana yang pantas untuk menjadi guru teladan dan guru berkualitas. Supaya kita melihat yang mana guru berkualitas dan mana guru biasa.



TERIMA KASIH
:)





Tidak ada komentar:

Posting Komentar