ASSALAMMUALAIKUM WR... WB...
GURU BERKUALITAS
GURU BERKUALITAS
DI SUSUN OLEH
UJANG ERIANTO 12108249045 |
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
Pada umumnya dalam
dimensi operasional terutama pada jalur sekolah, guru merupakan salah satu
unsur pendidikan lebih khusus lagi dalam tingkatan instruksional dan
eksperiensial. Membentuk kompetensi peserta didik serta mengantarkan mereka ke
tujuan yang ingin dicapai secara optimal setidaknya guru harus mempunyai lima
untuk menjadi guru berkualitas, efektif, edukatif, evaluatif, energik,
emansifatif.
Pembelajaran Efektif
Hanya akan
terjadi apabila di ampu oleh guru efektif, Guru efektif selalu selalu
melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajarannya. Guru efektif tak
lepas dari pertanyaan yang akan diberikan kepada siswa dan memberikan diskusi,
praktikum, tanya jawab, debat terarah dan lain – lain untuk menuju pemahaman
materi dibawah kendali guru efektif.
Pembelajaran Edukatif
Peran utama
khususnya pada pembelajaran di SD ( Sekolah Dasar ), peran ini lebih tampak
sebagai teladan bagi peserta didik, sebagai role model, memberikan contoh dalam
hal sikap dan perilaku dan membentuk kepribadian peserta didik.
Di dalam perannya sebagai edukator, guru diharapkan memenuhi perannya, guru merupakan,
pengembang kepribadian peserta didik,
pembimbing peserta didik, pembina budi pekerti peserta didik dan pemberi
pengarahan kepada peserta didik. Dengan kata lain guru hendaknya membantu
peserta didik yang sedang berkembang untuk mempelajari sesuatu yang belum
diketahuinya , membentuk kompetensi, dan memahami materi standar yang
dipelajari. Di dalam pembelajaran , guru harus berpacu memberikan kemudahan
belajar bagi seluruh peserta didik agar dapat mengembangkan potensinya secara
optimal.
Pembelajaran
Evaluatif
Evaluasi atau penilaian merupakan aspek
pembelajaran yang paling kompleks, karena melibatkan banyak latar belakang dan
hubungan serta vsrisbel lain yang mempunyai arti apabila berhubungan dengan
konteks yang hampir tidak mungkin dapat dipisahkan dengan setiap penilaian. Tak
ada proses pembelajaran tanpa penilaian. Mengingat penilaian itu harus dilaksanakan
dengan prinsip-prinsip dan teknik yang sesuai , maka guru perlu memiliki
pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang memadai. Selama menilai peserta
didik, guru hendaknya secara menyadari kesalahan dan kekurangannya melalui
refleksi balikan dari peserta didik. Hal ini untuk memperbaiki langkah-langkah
yang lebih berkualitas. Guru yang mau menilai kemampuan kognitif, perilaku dan
keterampilan secara terpadu pada peserta didiknya adalah guru yang bertanggung
jawab. Selain menilai hasil belajar peserta didik , guru harus mau menilai
dirinya sendiri secara objektif . Guru yang demikian inilah merupakan guru yang
benar-benar evaluatif.
Pembelajaran
Energik
Energik berarti tenaganya digunakan
secara maksimal. Guru yang energik merupakan guru yang melakukan tugasnya
dengan sungguh-sungguh dalam hal pikiran, tenaga, waktu dan konsentrasinya.
Guru energik selalu mengabdikan segenap kemampuannya secara totalitas demi
peningkatan kualitas pendidikan pada umumnya dan peningkatan kualitas peserta
didik khususnya. Ia selalu energik dalam mengembangkan berbagai metode
pembelajarannya, menerapkan berbagai strategi, meningkatkan penguasaan materi
ajar, merancang pengadaan media pembelajaran yang sesuai, hemat dalam
memenejemen waktu, selalu berusaha menerapkan pembelajaran dengan konsep PAKEM
( produktif, aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan ) dan mampu menmggugah
semangat dan ide-ide baru peserta didiknya.
Pembelajaran Emansipatif
Emansipasi
merupakan pembebasan kaum budak menjadi
kaum yang merdeka. Dengan kata lain emansipasi merupakan persamaan hak. Sebagai
kaum pendidik, guru seharusnya menyadari bahwa di dalam tugasnya terkandung
unsur keadilan, penggugah semangat peserta didik dan penerang dalam kegelapan
generasi masa depan. Dengan modal memahami potensi peserta didik, menghormati
setiap insan, guru hendaknya menyadari bahwa kebanyakan manusia merupakan budak
stagnasi kebudayaan.
Masalah Dan Kendala
Hingga saat ini masih banyak masalah dan
kendala yang berkaitan dengan guru sebagai satu kenyataan yang harus diatasi
dengan segera. Berbagai upaya pembaharuan pendidikan telah banyak dilakukan
antara lain melalui perbaikan sarana, peraturan, kurikulum, dsb. tapi belum
mempriotitaskan guru sebagai pelaksana di tingkat instruksional terutama dari
aspek kesejahteraannya. Beberapa masalah dan kendala yang berkaitan dengan
kondisi guru antara lain sebagai berikut.
Masalah Kuantitas, Kualitas, dan Distribusi
Dari aspek kuantitas, jumlah guru yang
ada masih dirasakan belum cukup untuk menghadapi pertambahan siswa serta
tuntutan pembangunan sekarang. Kekurangan guru di berbagai jenis dan jenjang
khususnya di sekolah dasar, merupakan masalah besar terutama di daerah pedesaan
dan daerah terpencil. Dari aspek kualitas, sebagian besar guru-guru dewasa ini
masih belum memiliki pendidikan minimal yang dituntut. Dari aspek
penyebarannya, masih terdapat ketidak seimbangan penyebaran guru antar sekolah
dan antar daerah.. Dari aspek kesesuaiannya, di SD, masih terdapat ketidak
sepadanan guru berdasarkan mata pelajaran yang harus diajarkan.
Masalah Kesejahteraan
Dari segi keadilan kesejahteraan guru,
masih ada beberapa kesenjangan yang dirasakan sebagai perlakuan diskriminatif
para guru. Di antaranya merupakan, kesenjangan antara guru dengan PNS lainnya,
serta dengan para birokratnya, kesenjangan antara guru dengan dosen, kesenjangan
guru menurut jenjang dan jenis pendidikan, misalnya antara guru SD, kesenjangan
antara guru pegawai negeri yang digaji oleh negara, dengan guru swasta yang
digaji oleh pihak swasta, kesenjangan
antara guru pegawai tetap dengan guru tidak tetap atau honorer, kesenjangan
antara guru yang bertugas di kota dengan guru yang berada di pedesaan atau
daerah terpencil, kesenjangan karena
beban tugas, yaitu ada guru yang beban mengajarnya ringan tetapi di lain pihak
ada yang beban tugasnya banyak (misalnya di sekolah yang kekurangan guru) akan
tetapi imbalannya sama saja atau lebih sedikit. Kesejahteraan mencakup aspek
imbal jasa, rasa aman, kondisi kerja, hubungan antar pribadi, dan pengembangan
karir.
Masalah Manajemen Guru
Dari sudut pandang manajemen SDM guru,
guru masih berada dalam pengelolaan yang lebih bersifat
birokratis-administratif yang kurang berlandaskan paradigma pendidikan (antara
lain manajemen pemerintahan, kekuasaan, politik, dan lain sebagainya.). Dari
aspek unsur dan prosesnya, masih dirasakan terdapat kekurang-terpaduan antara
sistem pendidikan, rekrutmen, pengangkatan, penempatan, supervisi, dan
pembinaan guru. Masih dirasakan belum terdapat keseimbangan dan kesinambungan
antara kebutuhan dan pengadaan guru. Rerkrutmen dan pengangkatan guru masih
selalu diliputi berbagai masalah dan kendala terutama dilihat dari aspek
kebutuhan kuantitas, kualitas, dan distribusi. Pembinaan dan supervisi dalam
jabatan guru belum mendukung terwujudnya pengembangan pribadi dan profesi guru
secara proporsional. Mobilitas mutasi guru baik vertikal maupun horisontal
masih terbentur pada berbagai peraturan yang terlalu birokratis dan “arogansi dan egoisme” sektoral. Pelaksanaan
otonomi daerah yang “kebablasan”
cenderung membuat manajemen guru menjadi makin semrawut
Masalah Penghargaan
Terhadap guru Seperti telah dikemukakan
di atas, hingga saat ini guru belum memperoleh penghargaan yang memadai. Selama
ini pemerintah telah berupaya memberikan penghargaan kepada guru dalam bentuk
pemilihan guru teladan, lomba kreatiivitas guru, guru berprestasi, dsb.
meskipun belum memberikan motivasi bagi para guru. Sebutan “pahlawan tanpa
tanda jasa” lebih banyak dipersepsi sebagai pelecehan ketimbang penghargaan.
Pemberian penghargaan terhadap guru harus bersifat adil, terbuka,
non-diskriminatif, dan demokratis dengan melibatkan semua unsur yang terkait
dengan pendidikan terutama para pengguna jasa guru itu sendiri, sementara pemerintah
lebih banyak berperan sebagai fasilitator.
Masalah Pendidikan Guru
Sistem pendidikan guru baik pra-jabatan
maupun dalam jabatan masih belum memberikan jaminan dihasilkannya guru yang
berkewenangan dan bermutu disamping belum terkait dengan sistem lainnya. Pola
pendidikan guru hingga saat ini masih terlalu menekankan pada sisi akademik dan
kurang memperhatikan pengembangan kepribadian disamping kurangnya keterkaitan
dengan tuntutan perkembangan lingkungan. Pendidikan guru yang ada sekarang ini
masih bertopang pada paradigma guru sebagai penyampai pengetahuan sehingga
diasumsikan bahwa guru yang baik adalah yang menguasai pengetahuan dan cakap
menyampaikannya. Hal ini mengabaikan azas guru sebagai fasilitator dalam
pembelajaran dan sumber keteladanan dalam pengembangan kepribadian peserta
didik. Pada hakekatnya pendidikan guru itu adalah pembentukan kepribadian
disamping penguasaan materi ajar. Disamping itu pola-pola pendidikan guru yang
ada dewasa ini masih terisolasi dengan sub-sistem manajemen lainnya seperti
rekrutmen, penempatan, mutasi, promosi, penggajian, dan pembinaan profesi.
Solusi
Untuk
menjadi guru berkualitas dari masalah yang di atas, guru harus dilatih mejandi
guru profesional atau guru berkualitas dengan cara guru harus dilatih dalam sistem
pendidikan guru yang baik dalam jabatan,pemerintah harus memilih guru-guru yang
berkualitas seperti memilih guru teladan dalam setiap tahun, pemberian
penghargan pemerintah harus bersikap adil, demokratif dan demokratis mana yang pantas untuk menjadi guru teladan
dan guru berkualitas. Supaya kita melihat yang mana guru berkualitas dan mana
guru biasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar