Kamis, 13 Juni 2013

pendidikan karakter



BAB II
PEMBAHASAN
1.  Pengertian Pendidikan Karakter
Pengertian karakter menurut pusat bahasa Depdiknas adalah bawaan ,Hati , jiwa , kepribadian ,budi pekerti , perilaku ,personalitas,sifat, tabiat, tempramen ,watak” Adapun berkarakter adalah Berkepribadian , berperilaku,bersifat , bermartabat, dan berwatak
Menurut Tadkiroatun Musfiroh (UNY, 2008), karakter mengacu kepada serangkaian sikap (attitudes), perilaku (behaviors), motivasi (motivations), dan keterampilan (skills).
Menurut T. Ramli (2003), pendidikan karakter memiliki esensi dan makna yang sama dengan  pendidikan moral dan pendidikan akhlak yang bertujuan untuk membentuk  pribadi anak, supaya menjadi manusia yang baik, warga masyarakat, dan   warga negara yang baik.
Menurut Tadkiroatun Musfiroh ( UNY ,2008 )karakter mengacu kepada serangkaian sikaBerdasarkan pembahasan di atas, dapat ditegaskan bahwa pendidikan karakter merupakan upaya-upaya yang dirancang dan dilaksanakan secara sistematis untuk membantu peserta didik memahami nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.



2.  Cara Membentuk Karakter
Membentuk karakter, merupakan proses yang berlangsung seumur hidup. Seorang siswa tumbuh menjadi pribadi yang berkarakter jika ia tumbuh pada lingkungan yang berkarakter pula. Ada tiga pihak yang mempunyai peran penting, yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat. Dalam pembentukan karakter, ada tiga hal yang berlangsung secara terintegrasi. Pertama, seorang siswa mengerti baik dan buruk. Ia mengerti tindakan apa yang harus diambil serta mampu memberikan prioritas hal-hal yang baik. Kedua, ia mempunyai kecintaan terhadap kebajikan, dan membenci perbuatan buruk. Ketiga, siswa di dalam lingkungannya mampu melakukan kebajikan dan terbiasa melakukannya.
Karakter-karakter yang baik harusnya dapat dipelihara. Hal pertama yang dapat dilakukan untuk membentuk karakter seorang siswa adalah dirumah. Ketika usia mereka di bawah tujuh tahun adalah masa terpenting dalam menanamkan karakter pada anak.  Dalam hal ini, orang tua (keluarga) perlu menanamkan karakter tersebut sehingga pembangunan watak, akhlak atau karakter tumbuh dan dapat berkembang dalam kesehariannya.
Selanjutnya, dalam membangun karakter seorang siswa, pihak sekolah perlu memperhatikan aturan dan tata tertib yang berlaku disekolah. Di era globalisasi ini, banyak sekolah yang sudah jarang sekali menerapkan nilai-nilai luhur Pancasila sehingga hubungan antara guru dan siswa tidak begitu akrab. Oleh karena itu, pihak sekolah perlu memperhatikan pembinaan sikap dan karakter masing-masing siswa dengan cara membina dan meningkatkan intelektualisme dan profesionalisme. Selain itu, pihak sekolah juga dapat menerapkan nilai-nilai karakter pada siswa dengan membuat aturan dan tata tertib yang dapat menumbuhkan karakter-karakter baik
Pentingnya Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter sangat baik diterapkan, terutama bagi seorang siswa. Dengan adanya pendidikan karakter yang diterapkan secara sistematis dan berkelanjutan, seorang siswa akan menjadi cerdas emosinya. Kecerdasan emosi ini adalah bekal penting dalam mempersiapkan seorang siswa dalam menyongsong masa depan, karena seseorang akan lebih mudah dan berhasil menghadapi segala macam tantangan kehidupan, termasuk tantangan untuk berhasil secara akademis. Selain itu, pendidikan karakter adalah kunci keberhasilan individu.
Karakter tersebut diharapkan menjadi kepribadian utuh yang mencerminkan keselarasan dan keharmonisan dari olah HATI (kejujuran dan rasa tanggung jawab), PIKIR (kecerdasan), RAGA (kesehatan dan kebersihan), serta RASA (kepedulian) dan KARSA (keahlian dan kreativitas).
3.  Tujuan ,Fungsi , dan Media Pendidikan Karakter
Sebernarnya pendidikan karakter bertujuan untuk membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong  royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang berdasarkan takut akan Tuhan. Adapun fungsi-fungsi pendidikan karakter, antara lain:
A.  Mengembangkan potensi dasar agar berhati baik, berpikiran baik , dan  berperilaku baik.
B.  Memperkuat dan membangun perilaku bangsa yang multikultur.
C.  Meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan dunia.
Pendidikan karakter di lakukan melalui berbagai media yang mencakup keluarga ,satuan pendidikan, masyarakat sipil, masyarakat politik, pemerintah, dunia usaha, dan media massa.
4.  Dampak Pendidikan Karakter
Menurut Dr. Marvin Berkowitz dari University of Missouri- St. Louis, menunjukan peningkatan motivasi siswa sekolah dalam meraih prestasi akademik pada sekolah-sekolah yang menerapkan pendidikan karakter. Kelas-kelas yang secara komprehensif terlibat dalam pendidikan karakter menunjukkan adanya penurunan drastis pada perilaku negatif siswa yang dapat menghambat keberhasilan akademik.
menurut Joseph Zins. Buku ini mengkompilasikan berbagai hasil penelitian tentang pengaruh positif kecerdasan emosi anak terhadap keberhasilan di sekolah. Dikatakan bahwa ada sederet faktor-faktor resiko penyebab kegagalan anak di sekolah. Faktor-faktor resiko yang disebutkan ternyata bukan terletak pada kecerdasan otak, tetapi pada karakter, yaitu rasa percaya diri, kemampuan bekerja sama, kemampuan bergaul, kemampuan berkonsentrasi, rasa empati, dan kemampuan berkomunikasi.

5.  Prinsip Pendidikan Karakter
Berikut ini adalah  prinsip-prinsp pendidikan karakter.
a)  Komunitas sekolah mengembangkan dan meningkatkan nilai-nilai inti etika dan kinerja sebagai landasan karakter yang baik.
b)  Sekolah berusaha mendefinisikan “karakter” secara komprehensif,  di dalamnya  mencakup berpikir (thinking), merasa (feeling), dan melakukan (doing).
c)  Sekolah menciptakan sebuah komunitas yang memiliki kepedulian tinggi.(caring)
d)  Sekolah menyediakan kesempatan yang luas bagi para siswanya untuk melakukan berbagai tindakan moral (moral action).
e)  Sekolah menyediakan kurikulum akademik yang bermakna dan menantang, dapat menghargai dan menghormati seluruh  peserta didik, mengembangkan karakter mereka, dan berusaha membantu mereka untuk meraih berbagai kesuksesan.
f)   Sekolah mendorong siswa untuk memiliki motivasi diri  yang kuat
g)  Staf sekolah ( kepala sekolah, guru dan TU) adalah sebuah komunitas belajar etis yang senantiasa  berbagi tanggung jawab dan mematuhi nilai-nilai inti yang telah disepakati. Mereka menjadi  sosok teladan bagi para siswa.
h)  Sekolah mendorong kepemimpinan bersama yang memberikan dukungan penuh terhadap gagasan  pendidikan karakter dalam jangka panjang.
i)   Sekolah melibatkan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam upaya pembangunan karakter

6.  Indikator Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter bangsa bisa dilakukan dengan pembiasaan nilai moral luhur kepada siswa dan membiasakan mereka dengan kebiasaan yang sesuai dengan karakter kebangsaan. Berikut  indikator pendidikan karakter bangsa sebagai bahan untuk menerapkan pendidikan karakter pada siswa:
Ø Religius, adalah sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama  yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, serta hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
Ø Jujur, adalah perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai
Ø Toleransi, adalah sikap dan  tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku,
Ø etnis,pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya
Ø Disiplin, adalah tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
Ø Kerja Keras, adalah perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar, tugas dan menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
Ø Kreatif, adalah berpikir dan melakukan sesuatu untuk  menghasilkan cara atau hasil baru dari  sesuatu yang telah dimiliki.
Ø Demokratis, adalah cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama  hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
Ø Rasa ingin tahu, adalah sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajari, dilihat, dan didengar.
Ø Cinta tanah air, adalah cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan  yang tinggi terhadap bahasa,  lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa.
Ø Menghargai prestasi, adalah sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat,  mengakui, dan menghormati keberhasilan orang lain.
Ø Bersahabat/komuniktif, adalah tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.
Ø Cinta damai, adalah sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya
Ø Peduli lingkungan, adalah sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
Ø Peduli sosial, adalah sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
Ø Tanggung jawab, adalah sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.


7.  Tips untuk Menerapkan Pendidikan Karakter di Sekolah
Berikut adalah tips untuk sukses menerapkan pendidikan berbasis karakter di sekolah.
Ø Staf pengajar dan administrasi termasuk tenaga kebersihan dan keamanan mendiskusikan nilai-nilai yang dianut, Nilai-nilai ini merupakan penjabaran dari nilai-nilai yang diyakini sekolah.
Ø Siswa dan guru mengembangkan nilai-nilai yang dianut di kelas masing-masing.
Ø Pembiasaan penerapan nilai di setiap kesempatan
Ø Mendiskusikan masalah yang terjadi apabila ada pelanggaran
Ø Mendiskusikan masalah dengan orang tua apabila masalah dengan anak adalah masalah besar atau masalahnya tidak selesai






























BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan
Karakter mempunyai banyak arti, diantaranya, kemampuan untuk mengatasi secara efektif situasi sulit, tidak enak atau tidak nyaman, atau berbahaya. Dengan pengertian tersebut karakter menuntut kecerdasan otak, kepekaan nurani, kepekaan diri dan lingkungan, kecerdasan merespon, dan kesehatan, kekuatan, dan kebugaran jasmani. Pembentukan karakter pada anak dimulai sejak anak berusia dini. Lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat sangat berpengaruh terhadap karakter anak. Pembentukan ini juga seiring dengan perkembangan kognitif pada anak, yang pada dasarnya adalah perubahan dari keseimbangan yang telah dimiliki ke arah keseimbangan baru yang diperolehnya. Dengan perkembangan itu seorang siswa dengan cepat dapat menerima karakter yang baik. Lingkungan sekolah tentunya berperan besar dalam pembentukan karakter pada anak. Intensitas pertemuan yang hampir setiap hari dengan guru dan teman-teman sekolah tentunya membuat anak mencari-cari dirinya melalui hal yang mereka lihat, rasakan, dengar, dan tiru dari lingkungan sekitar.
Individu yang berkarakter baik atau unggul adalah seseorang yang berusaha melakukan hal-hal yang baik terhadap tuhan yang maha esa, dirinya ,sesama lingkungan, bangsa dan negara serta dunia internasional. Pada umumnya dengan mengoptimalkan potensi ( pengetahuan ) dirinya dan di sertai dengan kesadaran, emosi dan motivasinya (perasaannya).

B.  Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, dapat disarankan bahwa :
a.   Pendidikan karakter sebaiknya harus ditanamkan sejak kecil pada anak agar karakter-karakter baik dapat bertumbuh dalam dirinya.
b.  Lingkungan sekolah yang positif dapat membantu seorang siswa dalam membangun karakternya. Oleh arena itu, pihak sekolah hendaknya menciptakan lingkungan sekolah yang positif.
c.   Sebaiknya, guru sebagai orang tua siswa di sekolah dapat menanamkan pendidikan karakter kepada mereka dengan cara memberi teladan dan disiplin tentang pendididkan karakter yang baik.

ips




BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, keceerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU No.20 Tahun 2003 Pasal 1).
Pendidikan mengandung pengertian suatu perbuatan yang disengaja untuk menjadikan manusia memiliki kualitas yang lebih baik. Dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti, dan sebagainya. Hal ini disesuaikan dengan karakteristik tingkat perkembangan usia siswa SD yang masih pada taraf berfikir abstrak.
Pengembangan pendidikan IPS tidak hanya diarahkan pada pengembangan kompetensi yang berkaitan dengan aspek intelektual saja. Keterampilan sosial menjadi salah satu faktor yang dikembangkan  sebagai kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa dalam pendidikan IPS.














B.  Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini ialah sebagai berikut:
o  Apa yang dimaksud dengan IPS?
o  Apa tujuan dari pembelajaran IPS di SD?
o  Bagaimana karakteristik pembelajaran IPS di SD?
o  Mengapa kita harus memperhatikan tujuan pembelajaran?
o  Bagaimana kriteria pembelajaran yang efektif?
o  Apa hakikat pembelajaran?
C.  Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah:
o  Untuk mengetahui pengertian pembelajaran IPS.
o  Untuk mengetahui tujuan dari pembelajaran IPS.
o  Mengetahui karakteristik pembelajaran IPS di SD.
o  Agar dapat memahami tujuan pembelajaran.
o  Dapat memahami kriteria dan hakikat pembelajaran.
o  Membantu pembaca dalam memahami pembelajaran IPS di SD












BAB II
PEMBAHASAN
A.  Pengertian IPS
pengertian IPS di tingkat persekolahan itu sendiri mempunyai perbedaan makna khususnya antara IPS di sekolah Dasar (SD) dengan IPS untuk sekolah menengah pertama (SMP) dan IPS untuk sekolah menengah atas (SMA). Pengertian IPS pada pendidikan dasar dan menengah adalah penyederhanaan , adaptasi, seleksi, dan modifikasi dari disiplin ilmu-ilmu sosial yang diorganisir dan disajikan secara alamiahdan pedogogis/psikologis dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
IPS pada sekolah dasar adalah terpadu
IPS pada sekolah menengah adalah terkait
IPS pada sekolah menengah atas adalah terpisah
Pengertian IPS merujuk pada kajian yang memusatkan perhatiannya pada aktifitas kehidupan manusia. Berbagai dimensi manusia dalam kehidupan sosialnya merupakan fokus kajian dari IPS. Aktivitas manusia dilihat dari dimensi waktu yang meliputi masa lalu, sekarang dan masa depan. Pada intinya, fokus kajian IPS adalah berbagai aktivitas manusia dalam berbagai dimensi kehidupan sosial sesuai dengan karakteristik manusia sebagai makhluk sosial.

B.  Tujuan Dan Karakteristik Pembelajaran  IPS
Tujuan mempelajari IPS
Ada tiga aspek yang harus dituju dalam pengembangan pendidikan IPS, yaitu aspek intelektual, kehidupan sosial, dan kehidupan individual. Pengembangan kemampuan intelektual lebih didasarkan pada pengembangan disiplin ilmu itu sendiri serta pengembangan akademik dan thinking skill. Tujuan intelektual berupaya untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam memahami disiplin ilmu sosial. Pengembangan kehidupan sosial berkaitan dengan pengembangan kemampuan dan tanggung jawab siswa sebagai anggota masyarakat.
Ada 3 kajian utama berkenaan dengan dimensi tujuan pembelajaran IPS di SD, yaitu:
1.   Pengembangan Kemampuan Berpikir Siswa
Pengembangan kemampuan intelektual adalah pengembangan kemampuan siswa dalam berpikir tentang ilmu-ilmu sosial dan masalah-masalah kemasyarakatan.
2.   Pengembangan Nilai dan Etika Sosial
S. Hamid Hasan (1996) mengartikan nilai sebagai sesuatu yang menjadi kriteria suatu tindakan, pendapat atau hasil kerja itu bagus/ positif atau tidak bagus/ negatif.
3.   Pengembangan Tanggung Jawab dan Partisipasi Sosial
Dimensi yang ketiga dalam pembelajaran IPS adalah mengembangkan tanggung jawab dan partisipasi sosial yakni yang mengembangkan tujuan IPS dalam membentuk warga negara yang baik, ialah warga negara yang berpartisipasi aktif dalam kehidupan bermasyarakat.
Jadi tujuan pembelajaran IPS adalah mengembangkan potensi peserta didik agar pekak terhadap masalah sosial yang terjadidi masyarakatmemiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi dan melatihketerampilan untuk mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa diri sendiri atau masyarakat
Karakterristik pembelajaran IPS
·    IPS merupakan gabungan /integrasi dari unsur-unsur geografi, sejarah, ekonomi, hukum dan politik, kewarganegaran, sosiologi, bahkan juga bidang humaniora, pendidikan, dan agama.
·    Kompetensi dasar IPS berasal dari struktur keilmuan seperti yang diatas, yang dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi pokok bahasan atau topik tertentu
·    Kompetensi dasar IPS juga menyangkut berbgai masalah sosial yang dirumuskan dengan pendekatan interdisipliner dan multidisipliner

C.    Kriteria Pembelajaran yang Efektif
Keberhasilan proses pembelajaran tidak terlepas dari cara pendidik mengajar dan peserta didik belajar, sebab baik tidaknya hasil proses pembelajaran dapat dilihat dan dirasakan oleh pendidik dan peserta didik sendiri. Proses belajar mengajar yang dikatakan berhasil apabila ada perubahan pada diri peserta didik. Perubahan perilaku ini menyangkut pengetahuan, sikap dan keterampilan. Untuk memperoleh hasil seperti yang telah dikemukakan diatas, salah satu caranya adalah meningkatkan kualitas belajar.
Untuk kegiatan proses pembelajaran yang efektif dan memperoleh hasil yang memuaskan, pendidik dan peserta didik perlu menggunakan  cara-cara belajar yang efektif pula.
D.    Hakikat Pembelajaran
Pembelajaran pada hakikatnya merupakan suatu proses komunikasi transaksional yang bersifat timbal balik, baik antara guru dengan siswa, maupun antara siswa dengan siswa, untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Komunikasi transaksional adalah bantuk komunikasi yang dapat diterima, dipahami, dan disepakati oleh pihak-pihak yang terkait dalam proses pembelajaran.
Pembelajaran pada hakikatnya adalah proses sebab akibat. Guru sebagai pengajar merupakan penyebab utama terjadinya proses pembelajaran siswa, meskipun tidak semua perbuatan belajar siswa merupakan akibat guru yang mengajar. Oleh sebab itu guru sebagai figur sentral, harus mampu menetapkan strategi pembelajaran yang tepat sehingga dapat mendorong terjadinya perbuatan belajar siswa yang aktif, produktif, dan efisien.
Pendidikan merupakan proses yang berdimensi luas, yaitu dari sisi peserta didik, sebagai pelaku yang belajar dan dari sisi pendidik/guru sebagai pelaku yang mengajar atau membelajarkan. Hubungan pendidik dan peserta didik adalah hubungan fungsional, dalam arti pelaku pendidik dan pelaku terdidik. Dari segi tujuan yang akan dicapai, baik pendidik maupun peserta didik memiliki tujuan tersendiri. Meskipun demikian, tujuan pendidik dan tujuan peserta didik dapat dipersatukan dengan tujuan instruksional.
Pada hakekatnya Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai bidang pendidikan tidak hanya membekali peserta didik dengan pengetahuan sosial, melainkan lebih jauh dari itu yakni berupaya membinna dan mengembangkan mereka menjadi sumber daya manusia indonesia yang berketerampilan sosial dan berintelektual sebagai warga negara yang memiliki perhatian srta kepedulian sosial yang bertanggung jawab merealisasikan tujuan nasional
E.     Sumber pembelajaran IPS
1.   Media Sebagai Sumber Pembelajaran
Media sebagai sumber pembelajaran erat kaitannya dengan peran guru sebagai mediator dan fasilitator. Sebagai mediator, guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan karena media pendidikan merupakan alat komunikasi untuk lebih mengefektifkan proses belajar mengajar. Dengan demikian media pendidikan merupakan dasar yang sangat diperlukan yang bersifat melengkapi dan merupakan bagian integral dalam proses belajar mengajar guna mencapai tujuan pembelajaran. Guru tidak cukup hanya memiliki pengetahuan tentang media, tetapi juga harus memiliki keterampilan memilih dan menggunakan serta mengusahakan media dengan baik. Memilih dan menggunakan media harus sesuai dengan tujuan, materi, metode, evaluasi dan yang lebih utama dapat memperlancar pencapaian tujuan serta menarik minat siswa. Sebagai mediator, guru pun menjadi perantara siswa dengan siswa, dan siswa dengan lingkungan sehingga guru pun dituntut untuk memiliki keterampilan tentang komunikasi dan berinteraksi. Sehingga siswa dikembangkan kemampuannya dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
2.   Kelas Sebagai Sumber Belajar
Pada dasarnya pengelolaan kelas merupakan suatu rentetan kegiatan guru untuk menumbuhkan dan mempertahankan suasana kelas yang efektif bagi terselenggaranya kegiatan belajar mengajar, yang keberhasilannya akan bergantung kepada : tujuan pembelajaran, penggunaan waktu, pengaturan ruang dan sarana belajar serta pengaturan kegiatan belajar siswa.
Dalam hal ini, guru berperan sebagai pengelola kelas (learning manager) hendaknya memiliki kemampuan untuk mengelola kelas sebagai lingkungan belajar yang menyenangkan bagi siswa. Kelas sebagai sumber pembelajaran tidak terbatas pada pemeliharaan dan penciptaan suasana belajar yang efektif, melainkan juga dapat dijadikan sebagai tempat pameran hasil karya siswa. Kelas yang memiliki pajangan atau pameran hasil karya siswa dapat menjadi tempat yang menarik dan dapat memotivasi siswa untuk belajar. Melihat adalah bagian dari kegiatan belajar. Para siswa belajar melalui kegiatan mendengar, melihat, meraba, mencium dan berbuat. Hasil karya siswa yang baik akan mendorong  para siswa untuk menggunakan panca indera penglihatannya untuk belajar dengan membaca dan memanfaatkan hasil karya siswa tersebut.
3.   Lingkungan Sebagai Sumber Belajar
Lingkungan sebagai sumber pembelajaran menuntut kreativitas guru untuk memanfaatkannya dan mengeliminasi kebiasaan mengajar yang rutinitas dan monoton. Terdapat empat jenis sumber pembelajaran yang dapat dimanfaatkan dari lingkungan, yaitu: masyarakat, lingkungan fisik, bahan sisa atau limbah dan peristiwa alam dan sosial. Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber pembelajaran mendorong siswa untuk berpikir logis, sisitematis dan logis, karena dari lingkungan muncul berbagai fenomena yang menarik dan menantang bagi siswa, oleh karena itu guru dituntut memiliki keterampilan ke dalam kelas dan atau membawa siswa ke luar kelas. (Winataputra U. S., 2008)